Selasa, 22 Januari 2008

GKSBS SIAGA BENCANA 2007

GKSBS SIAGA BENCANA 2007

Pengakuan:

GKSBS menemukan dirinya berada dalam wilayah Sumatera Bagian Selatan yang merupakan daerah rawan bencana. Tiap-tiap anggota jemaat GKSBS adalah bagian tak terpisahkan dari komunitas-komunitas masyarakat yang memiliki resiko dari terjadinya bencana. Pada saat terjadi suatu bencana, komunitas-komunitas masyarakat yang didalamnya warga gereja berada adalah orang-orang yang menjadi ujung tombak dan harapan utama bagi para korban. Oleh karenanya bersama-sama dengan semua pihak GKSBS melihat pentingnya kesiagaan, kesadaran, kesatuan dari komunitas itu dalam tiap-tiap fase sebelum bencana, pada saat bencana dan sesudah terjadinya bencana. 1

“Pada saat bencana terjadi, tiap orang, kelompok, dan lembaga semakin disadarkan untuk mengenal diri dan perannya” (13/09/07)

Sejak terjadinya gempa Bengkulu 12 September yang lalu, para pendeta dan aktivis gereja di wilayah klasis bengkulu dengan spontan mengorganisir diri dalam jaringan kerja dengan menyediakan Pastori Pdt. Dwijanarto di Suka Merindu – Bengkulu kota sebagai POSKO (Pusat Koordinasi) yang terbuka bagi semua pihak untuk dapat membantu para korban gempa. Diantara para pihak yang telah langsung melakukan koordinasi diantaranya adalah P3H (Pusat Pelatihan dan Pelayanan Holistik – Salatiga), YEU (Yakum Emergency Unit – Yogya), YTBI (Yayasan Tanggul Bencana – Jakarta), GKI (Gerakan Kemanusiaan IndonesiaJakarta). Para pendeta dan aktivis gereja (sebagian besar juga adalah korban gempa) juga telah mengerahkan segenap kapasitas yang dimilikinya untuk memobilisir bantuan dan pendampingan pada komunitas-komunitas di wilayah pelayanan jemaat-jemaat dengan cara membangun persaudaraan dalam komunitas-komunitas.


Sementara itu, para anggota Majelis Pekerja Sinode, staf kantor sinode dan teman-teman pendeta serta aktivis gereja yang berdomisili di sekitar kantor sinode (Metro – Lampung) juga melakukan konsolidasi dengan cepat dan menanggapi peristiwa bencana ini. Dalam satu minggu pertama pasca gempa telah dikirimkan sebanyak 9 relawan pendeta dan calon pendeta untuk meyakinkan para warga jemaat di wilayah Bengkulu bahwa merekalah ujung tombak yang bisa diandalkan oleh GKSBS dalam pengelolaan bencana ini dan agar bersama-sama dengan komunitasnya bangkit dari keputusasaan. Para relawan ini hanya berangkat dengan hati dan bahkan mereka saling berkirim sms untuk memberi semangat satu dengan yang lain berbunyi: “Emas Perak ku tak punya, tapi yang ada padaku akan kuberikan, dalam nama Tuhan Yesus bangkit dan berjalanlah”.

“Gempa ini adalah ujian. Kunjungan pendeta sangat penting untuk menguatkan jemaat”. (Darsono - GKSBS Sebelat)

“Peran yang dilakukan sebagai pendeta adalah menenangkan jemaat yang panik agar bisa mengelola bantuan dengan adil dan baik”. (C.Pdt. A Husen - GKSBS Mana)

‘Gereja (anggota) harus terus bergerak membantu – sekalipun dirinya juga terkena musibah’.

(Pdt.Saito – Kuro Tidur)

GKSBS Tanggap Bencana Bengkulu:

Dengan kesadaran pada peran dirinya sebagai bagian dari komunitas korban, GKSBS mengandalkan imannya untuk tidak larut dalam keputusasaan dan bangkit untuk terus berjalan memandang masa depan terciptanya komunitas-komunitas mandiri yang siaga bencana. Di situlah peran sebagai gembala, nabi, pembawa khabar sukacita, menemukan wujudnya yang paling nyata. Maka munculah semangat untuk segera melakukan PEMBERDAYAAN KOMUNITAS. Untuk mencapai tujuan ini GKSBS hendak mengerahkan seutuhnya (memobilisasi) “dirinya” yaitu orang-orangnya (para pendeta, majelis jemaat, aktivis gereja, forum pemuda, dan forum wanita) dan segala kemampuan yang dimilikinya (termasuk kemampuan jaringan individu) dengan membuka diri untuk bekerjasama dengan para pihak.

Goal/Impact:

Masyarakat korban gempa menjadi komunitas yang sadar bencana, memiliki kesanggupan untuk bangkit secara mandiri, mengenali dan mampu mengelola sumberdaya dan peluang yang ada di komunitas dalam semangat kebersamaan, adil, transparan dan demokratis, serta terorganisir dalam “kelompok-kelompok kerja” yang efektif dan keberlanjutan dalam mewujudkan masyarakat siapsiaga bencana.


“Bantuan dari luar akan sangat berarti jika hal itu menopang kebersamaan komunitas” (17/09/07)

“Tugas pokok dan mendesak bagi GKSBS adalah menyiapkan dan memobilisir kader –organiser, sumberdaya jaringan individu dan lembaga, serta berkomunikasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak”. (Rakor MPS: 5 Oktober)

Kegiatan GKSBS:

  1. Pelatihan Kader Siaga Bencana
  2. Pembentukan Komunitas Siaga Bencana
  3. Penguatan Komunitas Siaga Bencana
  4. Keberlanjutan Komunitas Siaga Bencana
  5. Jaringan Komunitas Siaga Bencana
  6. Keterhubungan Komunitas Siaga Bencana Dengan Para Pihak
  7. Publikasi Dan Persebaran Ide Komunitas Siaga Bencana

Outputs:

  • Sejumlah kader yang yang memahami visi dan strategi pendampingan GKSBS, memiliki kemampuan melakukan kerja pendampingan/ pengorganisasian di tingkat komunitas.
  • Ada cukup resources sehingga para relawan dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif dan accountable.
  • Terbentuk “Kelompok Kerja Mandiri” di seluruh wilayah pelayanan “GKSBS” yang memiliki perencanaan/program dan organisasi untuk recovery.
  • “Kelompok Kerja Mandiri” mampu merealisasi program dengan lebih mudah.
  • Terbangun jaringan antar “Kelompok Kerja Mandiri” untuk mendapat lesson learned bersama.
  • Jemaat/mitra mengetahui strategi pendampingan GKSBS dan terus mendapat informasi kemajuan program dan informsi lainnya.

Outcomes

  • Strategi penanggulangan bencana berbasis komunitas melalui pemberdayaan komunitas berjalan dengan efektif.
  • Proses recovery menjadi proses pembelajaran bagi masyarakat dan dapat dilaksanakan dengan damai, efektif dan bermartabat.
  • Masyarakat menjadi lebih bermartabat dan sadar akan kemampuan dirinya.
  • Keterhubungan dan solidaritas GKSBS terhadap korban gempa diwujudkan secara efektif.

UNDANGAN UNTUK SALING MENEGUHKAN

Pertama-tama kami mengundang seluruh anggota jemaat GKSBS di segala tempat untuk:

  1. Dengan serius terlibat dalam tindakan Allah yang sedang menderita di tengah-tengah komunitas korban bencana. Membangun spiritualitas solider untuk menaruh penghargaan pada bentuk-bentuk kebersamaan, kearifan dan kecerdasan lokal dalam mengembangkan sikap kesiapsiagaan bencana.
  2. Membangun kesadaran bahwa situasi yang sedang terjadi di “Rumah Bersama” kita ini juga merupakan tanggungjawab tiap-tiap anggota jemaat karena tiap-tiap jemaat memiliki sesuatu dan bisa berbuat sesuatu.
  3. Bersyukur dan berbesar hati sebagai gereja yang ditempatkan Tuhan di wilayah dengan potensi bencana sehingga memiliki kemungkinan terbesar untuk menjadi “garam dan terang” dan ruang pengharapan.

Kedua, pada semua pihak yang dengan tulus iklas serta persiapan sistem dan sumberdaya, telah, sedang, dan akan terlibat dalam pengelolaan bencana untuk:

1. Melakukan cara-cara pengelolaan bencana yang memberi harapan pada para korban untuk dapat hidup semakin manusiawi dengan menghargai kemampuan masyarakat lokal, menghormati budaya, nilai-nilai dan semangat lokal.

2. Memberikan bantuan yang berorientasi pada pemberdayaan komunitas secara holistik dan berkelanjutan

MAJELIS PEKERJA SINODE

GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN

OKTOBER 2007

Kantor Sinode GKSBS:

Jl. Yos Sudarso 15 polos

Metro -34111, LAMPUNG

Telp. 62-725-43140

Email: gksbs.siagakemanusiaan@gmail.com

GKSBS DISASTER RESPONSE

Bank Mandiri KCP Bandarlampung Supratman

a.n SINODE GKSBS Rek. No.114-00-9000870-0

Tidak ada komentar: