Senin, 21 Januari 2008

SIKAP GKSBS


SIKAP GKSBS

BAGI KOMUNITAS-KOMUNITAS KORBAN BENCANA

DI SUMATERA BAGIAN SELATAN

LATAR BELAKANG

GKSBS menemukan dirinya berada dalam wilayah Sumatera Bagian Selatan yang merupakan daerah rawan bencana. Tiap-tiap anggota jemaat GKSBS adalah bagian tak terpisahkan dari komunitas-komunitas masyarakat yang memiliki resiko dari terjadinya bencana. Pada saat terjadi suatu bencana, komunitas-komunitas masyarakat yang didalamnya warga gereja berada adalah orang-orang yang menjadi ujung tombak dan harapan utama bagi para korban. Oleh karenanya bersama-sama dengan semua pihak GKSBS melihat pentingnya kesiagaan, kesadaran, kesatuan dari komunitas itu dalam tiap-tiap fase sebelum bencana, pada saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.

Sikap GKSBS ini didorong oleh harapan untuk berbagi inspirasi kepada berbagai pihak untuk melakukan penghargaan, belajar bersama, dan membangun visi terhadap komunitas masa depan. Usaha kreatif komunitas yang berbasiskan kearifan lokal dan spiritualitas kebersamaan, dalam rangka menjadi berdaya dan memiliki kesiagaan serta mampu melakukan akses terhadap tanggungjawab pemerintah lokal dan nasional, lembaga provit dan non-provit, perlu kita hargai dan yakini menjadi prioritas bagi langkah-langkah yang perlu dilakukan selanjutnya oleh tiap-tiap pihak.

GKSBS juga menyadari bahwa SUMBAGSEL adalah RUMAH BERSAMA dalam merefleksikan segala tindakan, pemikiran, harapan, dan imannya. Rumah bersama yang terbuka bagi tiap pihak untuk juga terlibat dalam tindakan, pemikiran, harapan dan membangun iman. Oleh karenanya GKSBS dengan semangat solidaritas selalu berusaha untuk membagikan nilai-nilai yang dimilikinya bagi sebuah kesadaran baru untuk menerima dan diterima sebagai saudara. Semangat utama yang menjadi semangat hidup GKSBS terejawantah dalam cara berada-nya bersama dengan yang lain.

SEMANGAT KEHIDUPAN DALAM KOMUNITAS

· Komunitas yang mengalami dampak bencana merupakan komunitas yang paling menderita, namun demikian mereka jugalah yang paling siap dan berada di garis depan untuk melakukan pertolongan, jauh sebelum bantuan dari pihak luar manapun berdatangan.

· Komunitas memiliki kearifan lokal yang secara sadar mempengaruhi bagaimana caranya mempersiapkan lingkungan, bangunan rumah, dan perabotan yang tidak berbahaya bagi keselamatan hidup mereka manakala terjadi bencana.

· Komunitas memiliki mekanisme sosial yang dengan cepat dapat memetakan kondisi umum dan memikirkan tindakan-tindakan awal bersama seluruh anggotanya. [Pada kenyataannya, publikasi yang tidak akurat oleh media tentang situasi yang sebenarnya dan potensi ancaman lebih lanjut, janji-janji datangnya bantuan, kondisi psikologis yang tidak siap dipermainkan oleh dua hal itu merupakan resiko ancaman yang paling nyata pada saat terjadi bencana].

· Kebutuhan-kebutuhan dasar dan potensi-potensi aset ada dalam komunitas, dan komunitaslah yang paling dapat dengan tepat mendeskripsikannya. Oleh karenanya penanggulangan bencana yang efektif, adalah jika dengan sepenuhnya dan dalam tiap fasenya berorientasi pada partisipasi penuh anggota komunitas. Bahkan pemenuhan terhadap hal-hal ini dijamin oleh Undang-undang dan peraturan-peraturan.

· Komunitas-komunitas, baik yang sifatnya formal maupun informal, memiliki para pemimpin setempatnya dan relasi-relasi strategisnya dengan berbagai pihak di luar komunitas.

· Pada saat terjadi bencana tersedia energi yang cukup besar dalam diri tiap-tiap pihak (perorangan, lembaga-lembaga, pemerintah, dunia internasional) yang ingin membantu dan memberikan pertolongan, yang jika dikelola dengan arif akan berdampak besar bagi pemberdayaan komunitas.



Text Box: VISION  Komunitas-komunitas terbuka yang dapat mengorganisir diri, yang memiliki kesadaran, kesiapsiagaan dan mekanisme penanggulangan bencana, dan yang dapat bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka memberdayakan dirinya dan mendapatkan hak-hak dasarnya,  sehingga cakap melakukan langkah-langkah pengurangan resiko dan dampak bencana

.

NILAI – NILAI GKSBS

Asketisme untuk Berbagi :

Selalu berusaha untuk membangun citra diri ”CUKUP” untuk mulai mengasihi sesama seperti diri sendiri

dan Mampu untuk berbagi karena Hak Milik berharga untuk kesejahteraan bersama.

Keadilan yang Berpihak:

Selalu berusaha untuk bertindak adil dengan mendahulukan mereka yang miskin dan tertindas

dan membagi sesuatu kepada orang yang lebih miskin dari kita agar mereka ’punya’

dan ’bisa’ melakukan sesuatu

Dialog untuk Partisipasi:

Selalu berusaha untuk belajar menetapkan tujuannya– memusyawarahkan dan belajar mencapai mufakat

dan dalam dialog selalu berfikir Apresiatif (positif) dan menyeluruh (holistik).

Bukan semata-mata keinginannya terpenuhi, tetapi untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik.

Spiritualitas:

Selalu berusaha untuk membangun pengaharapan dan menjadi pelaku untuk persaudaraan

dalam rumah bersama di Sumatera Bagian Selatan, Lebih ingin memahami dari pada dipahami dan lebih ingin menjadi sumber penghiburan dari pada dihibur.

Menguatkan Organisasi:

selalu berusaha untuk Membentuk atau terlibat dalam organisasi-organisasi rakyat sebagai tempat belajar berpolitik dan kerjasama ekonomi dan Berjuang dalam organisasi sebagai tempat mengubah kehidupan yang lebih baik secara holistik, sistematis dan berkelanjutan.

Keadilan Gender:

selalu berusaha untuk mengahpus stereotype, diskriminasi, beban ganda, kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan untuk menegakkan martabat laki-laki dan perempuan

dan Mengutamakan pendidikan dan partisipasi perempuan.

Menguatkan Lembaga Keuangan Lokal:

selalu berusaha untuk membentuk atau terlibat dalam koperasi sebagai organisasi bisnis,

bukan dengan perilaku kapitalis tetapi dengan semangat kerjasama dan ideologi kerakyatan

dan mendukung koperasi untuk mampu menopang uang beredar di masyarakat demi kesejahteraan lokal.

Pendidikan untuk Kecakapan Hidup :

selalu berusaha untuk Selalu ada pendidikan dan Pelatihan untuk refleksi serta meningkatkan kesempatan dan pengelolaan atas berbagai sumberdaya dan Pendidikan Formal maupun non Formal selalu dirancang untuk mengembangkan nilai-nilai.

Sensitif Etnis:

selalu berusaha untuk Mendukung tanggapan kelompok-kelompok etnis minoritas untuk bersama — sama mengatasi masalah-masalah sosial dan mengembangkan apresiasi dan dialog budaya untuk pendidikan Formal maupun Informal.

Akuntabilitas:

GKSBS selalu berusaha untuk melibatkan sebanyak mungkin para pihak untuk memutuskan arah dan tujuan organisasi atau gereja dan Sejarah; dan berbagai pekerjaan kita terdokumentasi dengan baik dan semakin banyak para pihak yang tahu dan mau berpartisipasi.

Perbaikan Ekologi:

GKSBS selalu berusaha untuk Selalu sadar bahwa keberagaman hayati hutan dan alam liar adalah penopang bagi keberlanjutan kehidupan; dan Hemat energi, menanam pohon, lestarikan air dan tanah dengan mengurangi asupan kimiawi (pupuk dan pestisida serta mengembangkan benih-benih lokal)



Text Box: MISSION   Menemukan hubungan dan persahabatan yang terbangun akibat bencana dan menguatkan   hubungan-persahabatan itu untuk membangun komunitas seraya menjamin akses terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya.


PRINSIP DAN STRATEGI PENGELOLAAN BENCANA

Berdasarkan Nilai-nilai yang dimilikinya GKSBS menetapkan prinsip pengelolaan bencana, baik dalam fase sebelum bencana, pada saat bencana dan setelah terjadinya bencana, yang BERBASIS PADA KOMUNITAS. Dengan prinsip itu maka langkah-langkah dalam bertindak adalah mengoptimalkan segala aset yang tersedia di GKSBS dalam rangka Pemberdayaan Komunitas dan Advokasi. Prinsip ini dipilih berdasarkan pertanyaan: “apa yang sudah dilakukan oleh jemaat ditengah masyarakat/komunitas?” Dengan kata lain, berangkat dari apa yang kita punya dan ada pada kita, apa yang kita bisa dan mau kita lakukan, kita ingin mempraktekkan iman dan percaya pada Tuhan yang hidup dan menyerahkan diriNya.

Visi dan misi GKSBS memperlihatkan arah bahwa tiap-tiap jemaatnya adalah orang-orang yang dalam segala situasi dan kesempatan membangun dirinya sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat. Tiap-tiap pribadi itu juga terus menekankan kapasitas lokal untuk menghadirkan pemberdayaan. Dalam terang visi GKSBS maka dalam situasi bencana GKSBS hendak membagikan:

1. Mimpinya sebagai gereja yang tanggap bencana dalam bentuk gerakan mengoptimalkan jaringan komunitas yang tanggap bencana.

2. Kesediaan diri sebagai jaringan yang memiliki kesiapsiagaan dalam mengelola bencana, baik pada fase sebelum bencana, pada saat terjadinya bencana, maupun setelah bencana.

3. Seluruh kapasitas sumberdaya yang dimilikinya (yaitu orang-orang dengan berbagai kecakapan yang dibutuhkan dalam pengelolaan bencana)

4. Nilai-nilai yang dimilikinya sebagai cara memaknai pelayanan (berteologi) dalam pengelolaan bencana.


Text Box: STRATEGI 1. Mengoptimalkan komunikasi dan jaringan komunitas yang tanggap bencana 2. Memfasilitasi komunitas untuk menyusun dan menyepakati rencana strategis berdasarkan nilai-nilai




UNDANGAN UNTUK SALING MENEGUHKAN

Pertama-tama kami mengundang seluruh anggota jemaat GKSBS di segala tempat untuk:

1. Dengan serius terlibat dalam tindakan Allah yang sedang menderita di tengah-tengah komunitas korban bencana. Membangun spiritualitas solider untuk menaruh penghargaan pada bentuk-bentuk kebersamaan, kearifan dan kecerdasan lokal dalam mengembangkan sikap kesiapsiagaan bencana.

2. Membangun kesadaran bahwa situasi yang sedang terjadi di “Rumah Bersama” kita ini juga merupakan tanggungjawab tiap-tiap anggota jemaat karena tiap-tiap jemaat memiliki sesuatu dan bisa berbuat sesuatu.

3. Bersyukur dan berbesar hati sebagai gereja yang ditempatkan Tuhan di wilayah dengan potensi bencana sehingga memiliki kemungkinan terbesar untuk menjadi “garam dan terang” dan ruang pengharapan.

Kedua, pada semua pihak yang dengan tulus iklas serta persiapan sistem dan sumberdaya, telah, sedang, dan akan terlibat dalam pengelolaan bencana untuk:

1. Melakukan cara-cara pengelolaan bencana yang memberi harapan pada para korban untuk dapat hidup semakin manusiawi dengan menghargai kemampuan masyarakat lokal, menghormati budaya, nilai-nilai dan semangat lokal.

2. Memberikan bantuan yang berorientasi pada pemberdayaan komunitas secara holistik dan berkelanjutan


MAJELIS PEKERJA SINODE

GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN

2007

Tidak ada komentar: